Pengertian
Filsafat
1.
Arti
dan Makna
Secara
semantik: perkataan filsafat[1]
berasal dari bahasa Arab 'falsafah', yang berasal daribahasa Yunani,
'philosophia', yang berarti 'philos=cinta, suka (loving), dan 'sophia'=
pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi
'philosophia' berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran.
Maksudnya,
setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada
pengetahuan disebut 'philosopher', dalam bahasa Arabnya 'failasuf".
Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan
hidupnya, atau perkataan lain, mengabdikan dirinya kepada pengetahuan.
Secara praktis:
dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat bererti 'alam pikiran' atau 'alam
berpikir'. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir bererti
berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.
Sebuah semboyan mengatakan bahwa "setiap manusia adalah filsuf".
Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir.
Akan tetapi secara
umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah
filsuf. Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan
sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya: Filsafat adalah hasil akal seorang
manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.
Dengan kata lain: Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh
hakikat kebenaran segala sesuatu.
2.
Pengertian
dan Defenisi
Setelah
mempelajari arti dan makna diatas, dapat diberi beberapa pengertian
yang dimaksud dengan filsafat, yaitu;
a.
Filsafat adalah 'ilmu istimewa' yang
mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak
dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa kerana masalah-masalah tersebut di
luar jangkauan ilmu pengetahuan biasa[2].
b.
Filsafat adalah hasil daya upaya manusia
dengan akal budinya untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral
serta sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu: "
hakikat Tuhan”, "hakikat
alam semesta”, dan "hakikat
manusia”, serta sikap manusia sebagai
konsekuensi dari paham tersebut.
Beberapa defenisi
filsafat menurut ahli antara lain;
1)
Filsafat menurut Hasbullah Bakry adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai ketuhanan, manusia dan juga alam semesta sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia
dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
2)
Menurut Immanuel Kant adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pangkal dari
semua pengetahuan yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat
pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
3)
Menurut Aristoteles ialah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang
di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, retorika, logika, etika, ekonomi,
politik dan estetika (filsafat keindahan).
4)
Menurut Al Farabi
merupakan ilmu (pengetahuan) tentang hakikat bagaimana alam berwujud yang
sebenarnya.
5)
Menurut Rene
Descartes yaitu kumpulan semua pengetahuan dimana Tuhan, manusia dan alam
menjadi pokok penyelidikannya.
6)
Menurut Plato adalah pengetahuan yang mencoba untuk
mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya.
7)
Menurut Langeveld
ialah berpikir tentang masalah-masalah yang akhir dan yang menentukan, yaitu
masalah-masalah menyangkut makna keadaan, Tuhan, kebebasan dan keabadian.
8)
Menurut N.
Driyarkara adalah perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab 'ada
dan berbuat', perenungan tentang kenyataan (reality) yang sedalam-dalamnya
sampai ke 'mengapa' yang penghabisan.
9)
Menurut Proedjawijatna,
ialah ilmu yang berusaha untuk mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
10)
Menurut Notonogo,
filsafat itu menelaah hal-hal yang menjadi objeknya dari sudut intinya yang
mutlak (terdalam), yang tetap dan yang tidak berubah, yang juga disebut
hakikat.
11)
Menurut Cicero filsafat
adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
12)
Menurut Johann
Gotlich Fickte filsafat sebagai Wissenschaftslehre
(ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu
membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan
seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
13)
Menurut Paul
Nartorp filsafat sebagai Grunwissenschat
(ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan
dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
14)
Menurut Sidi
Gazalba ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran, tentang
segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan
universal.
15)
Menurut Harold H.
Titus adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam
yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik
atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2)
Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3)
Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan
pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian
manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
3.
Tujuan
Dilihat dari aspek
pendidikan, filsafat bertujuan sebagai berikut:
1)
Dengan berfikir filsafat[3]
seseorang bisa menjadi manusia, lebih mendidik dan membangun diri sendiri.
2)
Seseorang dapat menjadi orang yang dapat berfikir
sendiri.
3)
Memberikan dasar-dasar pengetahuan, memberikan pandangan
yang sintesis pula sehingga seluruh pengetahuan merupakan satu kesatuan.
4)
Hidup seseorang tersebut dipimpin oleh pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang tersebut. Sebab itu mengetahuai pengetahuan-pengetahuan
terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup diri sendiri.
5)
Bagi seorang pendidik filsafat mempunyai kepentingan istimewa
karena filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya yang mengenai manusia seperti misalnya ilmu mendidik.
Pendapat lain
mengatakan bahwa minimal ada empat faedah mempelajari filsafat agar terlatih
berfikir serius, agar mampu mempelajari dan memahami filsafat, agar mungkin
menjadi ilosof dan agar menjadi warga negara yang baik.
Berfilsafat ialah
berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan
pemikiran secara serius, kemampuan berfikir serius diperlukan oleh orang biasa,
penting bagi orang-orang penting yang memegang posisi penting dalam membangun
dunia, Plato menghendaki kepada negara seharusnya filosof kemampuan berfikir
serius itu mendalam adalah salah satu cirinya, tidak akan dimiliki tanpa melalui
latihan.
Belajar filsafat
merupakam salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan berfikir serius,
kemampuan ini akan memberikan kemampuan memecahkan masalah secara serius
menemukan akar persoalan yang terdalam menemukan sebab terakhir suatu penampakan. Jadi, filsafat membantu untuk mendalami pertanyaan asasi manusia tentang
makna realitas dan ruang lingkupnya.
Menurut ahli,
mempelajari filsafat adalah;
a.
Menurut Harold H. Titus, tujuan filsafat adalah
pengertian dan kebiksanaan (understanding
and wisdom). Jadi dapat ditarik makna bahwa mempelajari filsafat yaitu
untuk bisa berpikir secara radik dan bijaksana.
b.
Oemar A. Hoesin mengatakan: ilmu memberi kepada kita
pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan
kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun tertib akan kebenaran.
c.
S. Takdir Alisyahbana: filsafat itu dapat memberikan
ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam
tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran).
d.
Radakrishman, dalam bukunya, History of philosophy menyebutkan: Tugas filsafat bukan hanya
sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya
maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru
yaitu kebenaran.
e.
Soemadi Soejabrata menyatakan bahwa mempelajari filsafat
adalah untuk mempertajam pikiran.
4.
Objek Kajian Filsafat
Endang Saifuddin
Anshari menjelaskan bahwa objek filsafat terdiri dari objek material dan objek forma. (1) Objek
materia filsafat (menyelidiki objek yang
empiris maupun absrak) tentang; Hakikat Tuhan, Hakikat
Alam, dan Hakikat Manusia. (2) Objek
forma filsafat adalah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya
sampai ke akarnya) tentang objek materi filsafat.
Hamzah Ya’qub dalam
buku Filsafat
Agama; Titik Temu Akal dengan Wahyu mengatakan
bahwa objek filsafat ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang:
1)
Ada Umum, yaitu
menyelidiki apa yang ditinjau secara
umum. Dalam realitanya terdapat bermacam-macam yang kesemuanya mungkin adanya.
2)
Ada Mutlak, yaitu sesuatu
yang ada secara mutlak, yakni zat yang wajib adanya, tidak bergantung pada apa
dan siapa pun juga, adanya tidak berpermulaan dan tidak berpenghabisan (Tuhan) dalam bahasa Yunani disebut
“Theodicea” dan dalam bahasa Arab disebut “Ilah” atau “Allah”.
3)
Cosmologia, yaitu filsafat yang mencari
hakikat alam yang dipelajari, apakah sebenarnya alam dan bagaimanakah
hubungannya dengan “Ada Mutlak”.
4)
Antropologia (filsafat manusia), karena
manusia termasuk “ada yang tidak mutlak” dapat juga menjadi objek pembahasan.
5)
Etika, yaitu yang
menyelidiki tingkah laku manusia (tinggkah laku yang membedakan dengan makhluk
lain).
6)
Logika, yaitu
filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Tanpa kepastian tentang
logika, semua penyelidikan tidak mempunyai kekuatan dasar. Tegasnya, tanpa akal
budi takkan ada penyelidikan.
7)
Adapun objek filsafat Islam adalah
objek kajian filsafat pada umumnya yaitu realitas baik yang material (alam,
manusia) maupun yang Ghaib (Tuhan).
5.
Ruang
Lingkup
Adapun ruang
lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pikiran manusia yang amat luat.
Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar, benar ada (nyata), baik material
konkrit maupuan nonmaterial abstrak (tidak terlihat). Jadi obyek filsafat itu
tidak terbatas. Objek pemikiran filsafat yaitu dalam ruang lingkup yang
menjangkau permasalhan kehidupan manusia,
alam semesta dan alam sekitarnya adalah juga objek pemikiran filsafat
pendidikan.
Filsafat
merupakan sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.
Adapun menurut pendapat para ahli tentang ruang lingkup filsafat, antara
lain;
a.
Tentang hal mengerti, syarat-syaratnya
dan metode-metodenya.
b.
Tentang ada dan tidak ada.
c.
Tentang alam, dunia dan seisinya.
d.
Menentukan apa yang baik dan apa yang
buruk.
e.
Hakikat manusia dan hubungannya dengan
sesama makhluk lainnya.
f.
Tuhan tidak dikecualikan.
Sejarah
Filsafat
Filosof pertama yang mengkaji tentang asal usul alam
di Zaman Yunani Kuno adalah Thales
(624-546 SM). Ia mengatakan bahwa asal alam adalah air karena unsur terpenting
bagi setiap makhluk hidup adalah air. Air dapat berubah menjadi gas seperti uap
dan benda padat seperti es, dan bumi ini juga berada di atas air. Selain
Thales, terdapat pula beberapa ahli filsuf yang lain diantaranya adalah
Heracleitos, Permenides, Plato dan lain-lain. Puncak keemasaan pada masa Yunani
Kuno dicapai pada masa Sokrates dan Aristoteles.
Zaman kegelapan di mulai dari abad 12-13
M. Pada masa ini terjadi pertentangan antara gereja yang diwakili oleh pastur
dan para raja yang pro dengan para ulama filsafat. Pada masa ini filsafat
mengalami kemunduran. Para raja membatasi kebebasan berfikir sehingga filsafat
seolah-olah mati. Ilmu menjadi beku, kebenaran hanya menjadi otoritas gereja,
gereja dan para raja lah yang berhak mengatakan dan menjadi sumber kebenaran.
Pada zaman modern,perkembangan
filsafat mulai ditandai dengan munculnya berbagai pemikiran-pemikiran yaitu
rasionalisme, empirisme, dan kritisme. Aliran rasionalisme di pimpin oleh Rene
Descartes dan aliran empirisme dipimpin oleh David Hume. Sedangkan alira
kritisme dipimpin oleh Imannuel Kant.
Kemudian, perkembangan filsafat
tidak berhenti pada zaman modern namun filsafat berkembang hingga zaman post
modern. Zaman Post Modern ini terjadi pada abad 18-19 M. Pada abad ini banyak
bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat antara laian: positivisme, marxisme,
eksistensialisme, pragmatisme, neokantianisme, neo-tomisme fenomenologi,
Hedonisme dan Capitalism . Tokoh-tokoh filsafatyang terlahir di zaman ini
antara lain: A. Comte, William James, Cl. Lévi-Strauss, J. Lacan dan M.
Faoucault dan lain-lain.
1.
Zaman Yunani Kuno
Periode filsafat
Yunani merupakan periode terpenting dalam sejarah peradaban manusia. Hal ini
disebabkan karena pada saat itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris yaitu
pola pikir yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam. Pada
saat itu, gempa bumi bukanlah suatu fenomena biasa melainkan suatu fenomena di
mana Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya.
Pada
periode ini muncullah filosof pertama yang mengkaji tentang asal usul alam yaitu Thales (624-546 SM). Pada masa itu, Ia
mengatakan bahwa asal alam adalah air karena unsur terpenting bagi setiap
makhluk hidup adalah air. Air dapat berubah menjadi gas seperti uap dan benda
padat seperti es, dan bumi ini juga berada di atas air. Sedangkan Heraklitos
berpendapat bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi. Ia
mempercayai bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Api
dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat
memusnahkan segala yang ada dan mengubah sesuatu tersebut menjadi abu atau
asap. Sehingga Heracllitos menyimpulkan bahwa yang mendasar dalam alam semesta
ini adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api. Api
adalah unsur yang paling asasi dalam alam karena api dapat mengeraskan adonan
roti dan di sisi lain dapat melunakkan es. Artinya, api adalah aktor pengubah
dalam alam ini, sehingga api pantas dianggap sebagai simbol perubahan itu
sendiri.
Selain
Heraclitos ada pula permenides. Permenides lahir di kota Elea. Ia merupakan
ahli filsuf yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada. Menurut
pendapat Permenides apa ang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan
perubahan. Yang ada itu ada, yang ada dapat hilang menjadi ada, yang tidak ada
adalah tidak ada sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan
hanyalah yang ada saja, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan. Dengan demikian,
yang ada itu satu, umum, tetap, dan tidak dapat di bagi-bagi karena membagi
yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak yang ada, dan itu tidak
mungkin.
Zaman keemasan
atau puncak dari filsafat Yunani Kuno atau Klasik, dicapai pada masa Sokrates
(± 470 – 400 SM), Plato (428-348 SM) dan Aristoteles (384-322 SM).
Sokrates merupakan anak dari seorang
pemahat Sophroniscos, ibunya bernama Phairmarete yang bekerja sebagai seorang
bidan. Istrinya bernama Xantipe yang terkenal galak dan keras.
Socrates adalah
seorang guru. Setiap kali socrates mengajarkan pengetahuannya, Socrates tidak
pernah memungut bayaran kepada murid-muridnya. Oleh karena itulah, kaum sofis
menuduh dirinya memberikan ajaran baru yang merusak moral dan menentang
kepercayaan negara kepada para pemuda. Kemudian ia ditangkap dan dihukum mati
dengan minum racun pada umur 70 tahun yakni pada tahun 399 SM. Pemikiran filsafatnya
untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan yaitu dengan menghargai
nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena
dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang dihasilkan.
Plato lahir di
Athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari Socrates,
Pythagoras, Heracleitos, dan elia. Sebagai titik tolak pemikiran filsafatnya,
ia mencoba menyelesaikan permasalahan
lama yakni mana yang benar yang berubah-ubah (Heracleitos) atau yang
tetap (Parmenidas). Pengetahuan yang diperoleh lewat indera disebutnya sebagai
pengetahuan indera dan pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebutnya sebagai
pengetahuan akal. Plato menerangkan bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam
dua dunia yaitu dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap dan dunia ide yang
bersifat tetap. Dunia yang sesungguhnya atau dunia realitas adalah dunia ide.
Menurut Plato
ada beberapa masalah bagi manusia yang tidak pantas jika manusia tidak
mengetahuinya, masalah tersebut adalah:
a.
Manusia itu mempunyai Tuhan sebagai
penciptanya.
b.
Tuhan itu mengetahui segala sesuatu yang
diperbuat manusia.
c.
Tuhan hanya dapat diketahui dengan cara
negatif, tidak ada ayat, tidak ada anak dan lain-laian.
d.
Tuhanlah yang menjadikan alam ini dari
tidak mempunyai peraturan menjadi mempunyai peraturan.
Sebagai puncak
pemikiran filsafatnya adalah pemikiran tentang negara, yang tertera dalam
polites dan Nomoi. Konsepnya mengenai etika sama seperti Socrates yakni tujuan
hidup manusia adalah hidup yang baik (eudaimonia atau well being). Menurut
Plato di dalam negara yang ideal terdapat tiga golongan, antara lain:
a.
Golongan yang tertinggi (para penjaga
dan para filsuf).
b.
Golongan pembantu (prajurit yang
bertugas untuk menjaga keamanan negara).
c.
Golongan rakyat biasa (petani, pedagang,
dan tukang).
Plato
mengemukakan bahwa tugas seorang negarawan adalah mencipta keselarasan semua
keahlian dalam negara (polis) sehingga mewujudkan keseluruhan yang harmonis.
Apabila suatu negara telah mempunyai undang-undang dasar maka bentuk
pemerintahan yang tepat adalah monarki. Sementara itu, apabila suatu negara
belum mempunyai undang-undang dasar, bentuk pemerintahan yang paling tepat
adalah demokrasi.
Filsafat Plato
dikenal sebagai idealisme dalam hal ajarannya bahwa kenyataan itu tidak lain
adalah proyeksi atau bayang-bayang/ bayangan dari suatu dunia “ide” yang abadi
belaka dan oleh karena itu yang ada nyata adalah “ide” itu sendiri. Karya-Karya
lainnya dari Plato sangat dalam dan luas meliputi logika, epistemologi,
antropologi (metafisika), teologi, etika, estetika, politik, ontologi dan
filsafat alam.
Sedangkan
Aristoteles sebagai murid Plato, dalam banyak hal sering tidak
setuju/berlawanan dengan apa yang diperoleh dari gurunya (Plato). Aristoteles
lahir di Stageira, Yunani Utara pada tahun 384 SM. Bagi Aristoteles “ide”
bukanlah terletak dalam dunia “abadi” sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato,
tetapi justru terletak pada kenyataan atau benda-benda itu sendiri. Setiap
benda mempunyai dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi (“hylé”)
dan bentuk (“morfé”). Lebih jauh bahkan dikatakan bahwa “ide” tidak dapat
dilepaskan atau dikatakan tanpa materi, sedangkan presentasi materi mestilah
dengan bentuk. Dengan demikian maka bentuk-bentuk “bertindak” di dalam materi,
artinya bentuk memberikan kenyataan kepada materi dan sekaligus adalah tujuan
(finalis) dari materi. Karya-karya Aristoteles meliputi logika, etika, politik,
metafisika, psikologi, ilmu alam, Retorica dan poetika, politik dan ekonomi.
Pemikiran-pemikirannya yang sistematis tersebut banyak menyumbang kepada
perkembangan ilmu pengetahuan. Berikut ini beberapa pemikiran Aristoteles yang
terdiri dari:
a. Ajarannya tentang logika
Suatu pengertian
memuat dua golongan, yaitu substansi dan aksidensia. Dan dari dua golongan
tersebut terurai menjadi sepuluh macam kategori, yaitu :
1)
Substansi (manusia, binatang).
2)
Kuantitas (dua, tiga).
3)
Kualitas (merah, baik).
4)
Relasi (rangkap, separuh).
5)
Tempat (di rumah, di pasar).
6)
Waktu (sekarang, besok).
7)
Keadaan (duduk, berjalan).
8)
Mempunyai (berpakaian, bersuami).
9)
Berbuat (memmbaca, menulis).
10)
Menderita (terpotong, tergilas). Sampai
sekarang, Aristoteles dianggap sebagai Bapak logika tradisional.
c.
Ajaranya tentang sillogisme.
d.
Ajarannya tentang pengelompokkan ilmu
pengetahuan. Aritoteles mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan.
e.
Ajarannya tentang potensia dan dinamika.
Hule adalah suatu unsur yang menjadi permacaman. Sementara itu, morfe adalah
unsur yang menjadi dasar kesatuan.
f.
Ajarannya tentang pengenalan.
g.
Ajarannya tentang etika.
h.
Ajarannya tentang negara.
2.
Zaman Kegelapan (Abad 12-13 M)
Zaman
ini dikenal sebagai Abad Pertengahan. Filsafat pada zaman
ini dikuasai oleh pemikiran keagamaan yaitu Kristiani. Puncak dari filsafat
Kristiani adalah Patristik (Lt. “Patres”/Bapa-bapa Gereja) dan Skolastik
Patristik. Skolastik Patristik dibagi menjadi dua yaitu Patristik Yunani
(Patristik Timur) dan Patristik Latin (Patristik Barat). Tokoh-tokoh Patristik
Yunani antara lain Clemens dari Alexandria (150-215), Origenes (185-254).
Gregorius dari Naziane (330-390), Basilius (330-379). Tokoh-tokoh dari
Patristik Latin antara lain Hilarius (315-367), Ambrosius (339-397), Hieronymus
(347-420) dan Augustinus (354-430). Ajaran dari para Bapa Gereja ini adalah
falsafi-teologis. Ajaran ini ingin memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan
pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Ajaran-ajaran ini banyak pengaruh
dari plotinos.
Pada jaman Skolastik
pengaruh Ploinus diambil alaih oleh Aristoteles. Pada masa ini,
pemikiran-pemikiran Aristoteles kembali dikenal dalam karya beberapa filsuf
Yahudi maupun Islam yaitu melalui Avicena Ibn. Sina, 980-1037), Averroes (Ibn.
Rushd, 1126-1198) dan Maimonides (1135-1204). Pengaruh Aristoteles sangatlah
besar sehingga ia disebut sebagai “Sang Filsuf” sedangkan Averroes yang banyak
membahas karya Aristoteles dijuluki sebagai “Sang Komentator”. Pertemuan
pemikiran Aristoteles dengan iman Kristiani menghasilkan filsuf penting
sebagian ordo Dominikan dan Fransiskan.
3.
Zaman Pencerahan (Abad 14-15 M)
Pada Abad
Petengahan ini muncullah seorang astronom berkebangsaan Polandia. Astronom
tersebut bernama Nicolas Copernicus. Pada saat itu, Nicolas
Copernicus mengemukakan temuannya bahwa pusat peredaran benda-benda angkasa
adalah matahari (Heleosentrisme). Namun temuan Nicolas
Copernicus ini tidak disambut baik oleh otoritas Gereja sebab mereka menganggap
bahwa teori yang dikemukakan oleh Nicolas
Copernicus bertentangan dengan teori geosentrisme (Bumi sebagai pusat peredaran
benda-benda angkasa) yang dikemukakan oleh Ptolomeus. Oleh karena itulah, Nicolas
Copernicus dihukum kurungan seumur hidup oleh otoritas Gereja.
Galilieo Galilei
adalah seorang penemu terbesar di bidang ilmu pengetahuan. Ia menemukan
bahwa sebuah peluru yang ditembakkan membuat suatu gerak parabola, bukan gerak
horisontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertikal. Ia menerima pandangan
bahwa matahari adalah pusat jagad raya. Dengan telekoskopnya,
ia mengamati jagad raya dan menemukan bahwa bintang Bimasakti terdiri dari
bintang-bintang yang banyak sekali jumlahnya dan masing-masing berdiri sendiri.
Karena pandangannya yang bertentangan dengan tokoh Gereja akhirnya di hukum
mati.
4.
Zaman Awal Modern (Abad 16 M)
Pada masa ini
Kristen yang berkuasa dan menjadi sumber otoritas kebenaran mengalami
kehancuran, dan juga awal abad kemunduran bagi umat Islam. Pada masa ini
muncullah berbagai pemikiran Yunani antara lain rasionalisme, empirisme, dan
kritisisme. Selain itu, masa ini juga
memunculkan seorang intelektual yang bernama Gerard Van Cromona yang menyalin
buku Ibnu Sina, “The canon of medicine”. Fransiscan Roger Bacon, yang menganut
aliran pemikiran empirisme dan realisme
berusaha menentang berbagai kebijakan gereja dan penguasa saat itu.
Dalam hal ini Galileo dan Copernicus juga mengalami penindasan dari penguasa.
Masa ini juga
menyebabkan perpecahan dalam agama Kristen, yaitu Kristen Katolik dan
Protestan. Pada masa ini, para filsuf jaman modern menegaskan bahwa pengetahuan
tidak berasal dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari penguasa,
tetapi dari diri mereka sendiri. Kemudian, terjadilah perbedaan pendapat dalam
memahami aspek tersebut. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan
adalah rasio yakni kebenaran pasti berasal dari (akal). Berbeda dengan aliran
rasionalisme, aliran empirisme meyakini bahwa pengalamanlah sumber pengetahuan
itu, baik yang batin, maupun yang inderawi. Kemudian, muncullah aliran
kritisisme yang mencoba untuk memadukan kedua pendapat tersebut. Aliran
rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discouse
de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai
dasar yang kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya
secara metodis. Pelopor kaum rasionalis disebut Descartes.
Kaum rasionalis ini percaya bahwa dasar semua pengetahuan ada dalam pikiran.
Sedangkan
pelopor aliran empirisme adalah David Hume (1711-1776). David Hume memilih
pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan
sebab pengalaman dapat bersifat lahiriyah (yang menyangkut dunia),
maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Oleh karena itu
pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Hume merupakan pelopor para empirisis, yang percaya bahwa seluruh pengetahuan
tentang dunia berasal dari indera. Menurut Hume ada batasan-batasan yang tegas
tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita.
Adapun aliran
kritisisme di pelopori oleh Imanuel Kant (1724-1804). Imanuel Kant mencoba
untuk mengembangkan suatu sintesis atas dua pendekatan yang bertentangan
tersebut. Kant berpendapat bahwa masing-masing pendekatan benar separuh dan
salah separuh. Benarlah bahwa pengetahuan kita tentang dunia berasal dari
indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana
kita memandang dunia sekitar kita. Ada kondisi-kondisi tertentu dalam manusia
yang ikut menentukan konsepsi manusia tentang dunia. Menurut Kant, ada dua
unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia. Yang
pertama adalah kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita
ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah
cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. Yang
kedua adalah kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang
tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan.
5.
Zaman Modern (Abad 17-18 M)
Pada abad
kedelapan belas mulai memasuki perkembangan baru. Filsuf-filsuf pada jaman ini
disebut sebagai para empirikus, yang ajarannya lebih menekankan bahwa suatu
pengetahuan adalah mungkin karena adanya pengalaman indrawi manusia. Para
empirikus besar Inggris antara lain John
Locke (1632-1704), George Berkeley (1684-1753) dan David
Hume (1711-1776), di Perancis JJ.Rousseau (1712-1778) dan di Jerman Immanuel
Kant (1724-1804).
Immanuel Kant
dalam karyanya yang berjudul Kritik der
reinen vernunft ( Critique of Pure Reason) yang terbit tahun 1781, memberi
arah baru mengenai filsafat pengetahuan. Dalam bukunya itu Kant memperkenalkan
suatu konsepsi baru tentang pengetahuan. Pada dasarnya dia tidak mengingkari
kebenaran pengetahuan yang dikemukakan oleh kaum rasionalisme maupun empirisme,
yang salah apabila masing-masing dari keduanya mengkalim secara ekstrim
pendapatnya dan menolak pendapat yang lainnya. Dengan kata lain memang
pengetahuan dihimpun setelah melalui (aposteriori) sistem penginderaan (sensory
system) manusia, tetapi tanpa pikiran murni (a priori) yang aktif tidaklah
mungkin tanpa kategorisasi dan penataan dari rasio manusia. Menurut Kant,
empirisme mengandung kelemahan karena anggapan bahwa pengetahuan yang dimiliki
manusia hanya lah rekaman kesan-kesan (impresi) dari pengalamannya. Pengetahuan
yang dimiliki manusia merupakan hasil sintesis antara yang apriori (yang sudah
ada dalam kesadaran dan pikiran manusia) dengan impresi yang diperoleh dari
pengalaman. Bagi Kant yang terpenting bagaimana pikiran manusia mamahami dan
menafsirkan apa yang direkam secara empirikal, bukan bagaimana kenyataan itu
tampil sebagai benda itu sendiri.
6.
Zaman Pos Modern (Abad 18-19 M)
Pada abad
ketujuh belas dan kedelapan belas perkembangan pemikiran filsafat pengetahuan
memperlihatkan aliran-aliran besar: rasionalisme, empirisme dan idealisme
dengan mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat
abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas dan
abad kedua puluh banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat antara
laian: positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, neokantianisme,
neo-tomisme dan fenomenologi.
Berkaitan dengan
filosofi penelitian Ilmu Sosial, aliran yang tidak bisa dilewatkan adalah
positivisme yang digagas oleh filsuf August
Comte (1798-1857). Menurut Comte pemikiran manusia dapat dibagi kedalam tiga
tahap, yaitu
1)
Teologis.
2)
Metafisis.
3)
Positif-ilmiah.
Bagi era manusia
dewasa (modern) ini pengetahuan hanya mungkin dengan menerapkan metode-metode
positif ilmiah, artinya setiap pemikiran hanya benar secara ilmiah bilamana
dapat diuji dan dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran yang jelas dan pasti
sebagaimana berat, luas dan isi suatu benda. Dengan demikian Comte menolak
spekulasi “metafisik”, dan oleh karena itu ilmu sosial yang digagas olehnya
ketika itu dinamakan “Fisika Sosial” sebelum dikenal sekarang sebagai
“Sosiologi”. Bisa dipahami, karena pada masa itu ilmu-ilmu alam (Natural
sciences) sudah lebih “mantap” dan “mapan”, sehingga banyak pendekatan dan
metode-metode ilmu-ilmu alam yang diambil-oper oleh ilmu-ilmu sosial (Social
sciences) yang berkembang sesudahnya.
Pada periode
terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut di atas
munculah aliran-aliran filsafat, misalnya: “Strukturalisme” dan
“Postmodernisme”. Strukturalisme dengan tokoh-tokohnya misalnya Cl.
Lévi-Strauss, J. Lacan dan M. Faoucault. Tokoh-tokoh Postmodernisme antara
lain. J. Habermas, J. Derida. Kini oleh para epistemolog (ataupun dari kalangan
sosiologi pengetahuan) dalam perkembangannya kemudian, struktur ilmu
pengetahuan semakin lebih sistematik dan lebih lengkap (dilengkapi dengan,
teori, logika dan metode sain), sebagaimana yang dikemukakan oleh Walter
L.Wallace dalam bukunya The Logic of Science in Sociology. Dari struktur ilmu
tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak
lain adalah penelitian (search dan
research).
Pada periode ini
juga muuncul aliran “Pragmatisme”. Pragmatisme berasal dari kata pragma yang
artinya guna. Maka pragmatisme adalah suatu aliran yang benar adalah apa saja
yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang
bermanfaat secara praktis. Tokohnya William James (1842-1910) lahir di New
York, memperkenalkan ide-idenya tentang pragmatisme kepada dunia. Ia ahli dalam
bidang seni, psikologi, anatomi, fisiologi dan filsafat.
Selain itu juga
muncullah filsafat analitis. Tokoh aliran ini adalah Ludwig Josef Johan
Wittgenstein (1889-1951). Ilmu yang ditekuninya adalah ilmu penerbangan yang
memerlukan studi dasar matematika yang mendalam. Filsafat analitis ini
berpengaruh di Inggris dan Amerika sejak tahun 1950. Filsafat ini membahas
mengenai analisis bahasa dan anlisis konsep-konsep.
[1]kata filsafat berasal dari bahasa Yunani: philoshophia. Terdiri dari kata philos yang
berarti cinta, senang, suka dan kata sophia berarti pengetahuan, hikmah dan
kebijaksanaan. Harun Nasution juga mengatakan bahwa filsafat berasal dari
bahasa Arab, yaitu falsafadengan wazan atau timbangan fa’lala, fa’lalahdan
fi’lal. Kalimat isim atau kata benda dari kata falsafaini adalah falsafah dan
filsaf.
[2]Objek material filsafat adalah sarwa-yang-ada yang
pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok, yakni hakekat
Tuhan, alam, dan Manusia. Sedangkan objek formal filsafat adalah usaha mencari
keterangan secara radikal sedalam-dalamnya sampai ke akhirya) tentang objek
materi filsafat (sarwa-yang-ada).
[3]Berfilsafat ialah berusaha menemukan kebenaran
tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius, filsafat
membantu untuk mendalami pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan
ruang lingkupnya.
0 komentar:
Posting Komentar