Pengantar
Pembahasan tentang identitas
nasional didasari atas beberapa pikiran mengenai hakekat identitas nasional,
identitas individu, identitas kolektif, dan pluralitas bangsa yang meliputi ;
·
Budaya
·
Suku
·
Agama dan
·
Bahasa.
Kemudian akan dijelaskan pula
tentang hakekat ideologi negara. Sedangkan diakhir pembahasan juga akan dibahas
tentang identitas individual, identitas kolektif, atribut-atribut identitas,
ideologi, jenis-jenis ideologi dan integrasi, asimilasi dan integritas
nasional.
Terminologi Identitas
Dilihat dari segi bahasa,
identitas berasal dari kata identity (Inggris) yang dapat diartikan sebagai ;
ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri. Ciri-ciri adalah suatu yang menandai
suatu benda atau orang.
Identitas memiliki dua
pengertian, pertama, menunjuk pada ciri-ciri yang melekat pada diri
seseorang atau sebuah benda. Kedua, berupa surat keterangan yang dapat
menjelaskan pribadi seseorang dan riwayat hidup seseorang.
Ada dua sumber utama dari
identitas atau jati diri seseorang. Pertama, aturan-aturan sosial yang
menjelaskan defenisi dari tingkah laku tertentu dan kedua, sejarah hidup seseorang.
Identitas menurut Gusfield dkk
(1994), dibagi kepada dua hal, yaitu ;
Identitas individu
Identitas individu berkaitan
dengan keseluruhan ciri-ciri tentang seseorang yang juga dibentuk melalui
interaksi biologi (bersifat jasmani) dan kehidupan sosial.
Jelas bahwa identitas individu
merupakan jati diri yang dimiliki seseorang yang diperoleh sejak lahir maupun
dari proses interaksi dengan yang lain. Jumlah identitas yang dimiliki oleh
seseorang akan berbeda dengan jumlah identitas yang dimiliki oleh orang lain.
Identitas Kolektif
Identitas kolektif adalah suatu
interaksi (saling mempengaruhi) antara individu yang satu dengan individu yang
lain dalam suatu kelompok dan melakukan tindakan atau perbuatan secara
bersama-sama, untuk tujuan bersama dalam suatu kelompok.
Pengalaman kelompok dapat
membuat makhluk manusia mempunyai ciri-ciri yang bersifat manusiawi. Melalui
pengalaman berkelompok dapat dihayati norma-norma kebudayaan, nilai-nilai,
tujuan, perasaan dan perbedaan antara manusia dan hewan.
Latar Kemunculan Identitas
Identitas muncul dan ada dalam
interaksi. Sedangkan interaksi adalah kenyataan empirik yang dilakukan seseorang
dengan orang lain atau dengan kelompok lain berupa tindakan para pelaku, yang
menandakan adanya hubungan antar para pelaku tersebut. Dari sini dapat diberi
pengertian bahwa identitas muncul dan ada dalam hubungan.
Seseorang mempunyai jati diri
tertentu karena diakui keberadaannya oleh seseorang atau orang lain dalam
hubungan yang berlangsung. Sedangkan dalam suatu hubungan yang lain (yang
melibatkan pelaku atau pelaku-pelaku lain yang berbeda dari pelaku-pelaku
semula), jatidirinya bisa berbeda dari yang semula, sesuai dengan corak
hubungan serta saling pengakuan mengenai jati dirinya oleh para pelaku hubungan
yang lain tersebut.
Kegunaan Identitas
Sebuah interaksi mewujudkan
adanya struktur dimana masing-masing pelaku yang terlibat di dalamnya berada
dalam suatu hubungan peranan. Di lain pihak dan pada waktu yang sama,
corak-corak peranan yang dijalankan oleh masing-masing pelaku tersebut
tergantung pada corak atau macam-macam struktur interaksi yang berlaku.
Oleh karena itu setiap orang
mempunyai lebih dari satu identitas, dan semakin banyak peranan yang
dimainkannya dalam kehidupan rumah tangga serta di masyarakat, maka semakin
banyak pula identitas yang dipunyainya. Semakin luas pergaulan seseorang dalam
kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pula identitas yang dimilikinya.
Atribut Identitas
Atribut merupakan segala
sesuatu yang terseleksi (sengaja atau tidak), yang berguna untuk mengenali
identitas seseorang atau sesuatu gejala. Atribut dapat berupa ciri-ciri yang
menyolok dari benda atau tubuh orang, sifat-sifat seseorang, pola-pola tindakan
atau bahasa yang digunakan.
Corak identitas seseorang
ditentukan oleh atribut-atribut yang digunakan, yaitu supaya dilihat dan diakui
oleh cirinya oleh para pelaku yang dihadapi dalam suatu interaksi, agar
identitas dan peranan seseorang tersebut diakui dan masuk akal bagi pelaku yang
terlibat dalam interaksi tersebut.
Di antara atribut-atribut yang
diperoleh manusia berbarengan dengan kelahirannya adalah atribut-atribut yang
digunakan untuk menunjukkan ciri-cirinya yang tergolong menurut; jenis kelamin
tertentu, umur tertentu dan suku bangsa tertentu.
Atribut-atribut yang digunakan
sebagai acuan bagi ciri-ciri seseorang dalam suatu bangsa tertentu dapat
berasal dari ; ciri-ciri fisik, kebudayaan material atau benda-benda
kebudayaan, bahasa dan ungkapan-ungkapannya, mimik muka dan gerakan-gerakan
tubuh serta nilai-nilai budaya.
Berdasarkan atribut-atribut
tersebut, maka dua orang pelaku dapat menentukan bahwa suku bangsa mereka itu berbeda
dengan sukubangsa yang lainnya. Dengan mengetahui bahwa sukubangsa mereka
berbeda satu dengan yang lainnya, maka peran yang mereka mainkan dalaminteraksi
juga berbeda.
Identitas Nasional
Identitas nasional berasal dari
kata national identity, yang
diartikan sebagai “kepribadian nasional” atau “jati diri nasional“. Kepribadian nasional merupakan jati diri yang
dimiliki suatu bangsa. Kepribadian diadopsi dari nilai-nilai budaya dan
nilai-nilai agama yang diyakini kebenarannya.
Identitas nasional terbentuk
dari pengalaman bersama, sejarah yang sama dan penderitaan yang sama.
Pengalaman-pengalaman seperti inilah yang dapat membentuk suatu identitas
nasional.
Identitas nasional dapat juga
terbentuk melalui saling adanya kerjasama antara identitas kelompok yang satu
denga identitas kelompok yang lain. Meskipun kelompok yang satu dengan kelompok
yang lain mempunyai banyak perbedaan, namun dengan keinginan yang kuat
identitas tersebut dapat dibentuk.
Manfaat Identitas Nasional
Identitas nasional sangat diperlukan
dalam interaksi, karena dalam setiap interaksi, para pelaku mengambil suatu
posisi dan berdasarkan posisi tersebut para pelaku menjalankan
peranan-peranannya sesuai dengan corak interaksi yang berlangsung. Oleh sebab itulah dalam berinteraksi diperlukan
pedoman, yaitu kebudayaannya.
Pluralitas Bangsa
Pluralitas menunjukkan pada
pengertian bahwa dalam suatu negara memiliki bermacam suku, bahasa, agama dan
budaya yang berbeda-beda.
1. Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan
khusus, yang askriptif (ada sejak kelahiran), yang sama coraknya dengan
golongan umur dan jenis kelamin.
Kekhususan dari sukubangsa,
dari sebuah golongan sosial ditandai dengan ciri-cirinya, yaitu diperoleh
secara askriptif atau didapat begitu saja bersama dengan kelahirannya, muncul
dalam interaksi berdasarkan atas adanya pengakuan oleh warga suku bangsa yang
bersangkuran dan diakui oleh suku bangsa lainnya.
2. Agama
Dari hasil penelitian Geertz
(1959), diperoleh peta keagamaan Indonesia (90% Islam), yaitu ; kelompok
abangan (kejawen atau agama jawi) dan santri. Abangan lebih bersifat sinkretis
dalam kepercayaannya yang juga sering disebut sebagai muslim nominal. Namun di
Indonesia, peta tersebut tidak hanya abangan dan santri, tapi juga modern dan
tradisional.
Pekerjaan rumah yang senantisa
dipikirkan adalah bagaimana menciptakan dialog antar agama, yang objeknya tidak
menyentuh dasar keyakinan. Mengingat selama perjalanan dialog selama ini, masih
banyak berpijak pada objek perdebatan tentang keyakinan, sehinga kata akhirnya
selalu dalam penantian.
Hal yang sangat penting
didialogkan adalah bagaimana memecahkan persoalan-persoalan yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat, membongkar kesalahpahaman yang selalu terjadi dalam
hubungan agama selama ini, serta usaha untuk mewujudkan kehidupan masyarakat
dengan cara yang lebih positif, lebih sesuai dengan kaedah-kaedah moral
keagamaan.
3.
Kebudayaan
Kebudayaan merupakan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah
perangkat-perangkat, model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan
oleh pendukung-pendukungnya untuk menginterpretasi dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagai referensi atau pedoman untuk bertindak (dalam
bentuk kelakuan dan benda-benda kebudyaan), sesuai dengan lingkungan yang
dihadapi.
4.
Bahasa
Popularisasi bahasa Indonesia
dilakukan bukan untuk menggantikan bahasa etnis. Menurut beberapa pengamat,
penggunaan bahasa Indonesia lebih populer di perkotaan daripada di perdesaan,
karena peduduk di daerah lebih banyak menggunakan bahasa daerah. Bahkan menurut
hasil penelitian 26% siswa SD sampai SLTA menggunakan bahasa Indonesia di
rumah.
5.
Kasta dan Kelas
Kasta adalah pembagian sosial
atas dasar agama. Sedangkan kelas ialah suatu kelompok orang-orang dalam
situasi kelas yang sama, yaitu kesempatan untuk memperoleh barang-barang dan
untuk dapat menentukan sendiri keadaan kehidupan ekstern dan nasib pribadi,
sejauh kesempatan tersebut dipunyai atau tidak dipunyai serta dapat
dimanfaatkan di pasaran (pasaran kerja).
Ideologi
Ideologi diartikan sebagai
suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam yang dipunyai
dan dipegang oleh suatu masyarakat, yang mengatur kebaikan yang secara moral
dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi
kehidupan duniawi. Cermin ideologi dari pengertian di atas, tampak sebagai
jelmaan dari hasil konsensus bersama dari berbagai kelompok atau golongan
kepentingan.
Ideologi juga diterjemahkan
sebagai suatu penyelarasan dan penggabungan pola pemikiran dan kepercayaan atau
pemikiran bertukar menjadi kepercayaan, penerangan sikap manusia tentang hidup
dan kehadirannya dalam masyarakat dan mengusulkan suatu kepemimpinan dan
memperseimbangankannya berdasarkan pemikiran dan kepercayaan itu.
Dimensi lain dari ideologi
adalah lukisan tentang kemampuannya memberikan harapan kepada berbagai
kelompok, atau golongan yang ada pada masyarakat untuk mempunyai kehidupan
bersama secara lebih baik dan untuk membangun masa depan yang lebih cerah.
Terdapat pula hubungannya dengan
kedua dimensi di atas, ialah dimensi ketiga dari ideologi. Dimensi ini
mencerminkan kemampuan secara ideologis dalam mempengaruhi sekaligus
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Mempengaruhi
berarti mewarnai proses perkembangan, sedangkan penyesuaian diri berarti bahwa
masyarakat berhasil menemukan interpretasi-interpretasi baru terhadap
nilai-nilai dasar atau pokok dari ideologi itu, sesuai dengan realita-realita
yang muncul dan mereka hadapi.
Dengan demikian, nilai-nilai dasar
(nasionalisme dan keadilan sosial), akan tampak selalu relevan sebagai
idealisme yang wajar. Melalui interpretasi-interpretasi baru, nilai-nilai dasar
yang terkadung dalam suatu ideologi akan berhasil mempengaruhi relevansi
dirinya di dalam proses perubahan masyarakat yang terus beralangsung.
Aspek Ideologi
Ada empat aspek dari ideologi
yang terpenting, yaitu ;
1.
Sumber ideologi politik yang unggul.
2.
Penyebaran ideologi.
3.
Fungsi ideologi sebagai suatu alat pengawal sosial.
4.
Perhubungan antara ideologi dengan organisasi politik.
Ideologi juga dilihat pada
sasarannya sebagai suatu cara berfikir yang menjelaskan kepentingan dan
pandangan istimewa sesuatu kumpulan sosial tertentu. Ideologi selalu
dipengaruhi oleh sosio-ekonomi sesuatu kumpulan. Ideologi timbul karena
kehendak nurani manusia untuk membentuk peraturan intelektual di dalam
masyarakat dunia.
Menurut Alfian (1978), ada tiga
dimensi yang dapat dipakai untuk melihat dan mengukur kualitas suatu ideologi,
yaitu ;
1.
Kemampuan mencerminkan realitas hidup dalam masyarakat.
2.
Mutu idealisme yang dikandungnya.
3.
Sifat fleksibelitas yang dipunyainya.
Ketiga-tiganya, walaupun dapat
diteliti secara sendiri-sendiri, tetapi tetap saling berkaitan. Suatu ideologi
dapat mengalami krisis bilamana salah satu atau dua atau ketiganya dari dimensi
ini menunjukkan kelemahan-kelemahan.
Jenis-Jenis Ideologi
Menurut Laeyendeccker (1991),
dalam sejarah sosiologi, terdapat tiga ideologi yang penting, yaitu ;
1.
Liberalisme
Nilai yang tertinggi terletak
pada individu yang otonom. Dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan manusiawi
yang dimilikinya, akal mempunyai peranan yang cukup tinggi, kebebasan individu
tidak boleh dihalang-halangi.
Hasil yang terbaik dari manusia
adalah kemampuan menghilangkan hambatan-hambatan bagi kebebasan individu dan
membiarkannya mengejar kepentingannya sendiri tanpa mendapat halangan apapun.
Kekuasaan harus terletak ditangan negara yang melindungi orang-orang, sehingga
kebebasan tidak terhambat oleh kekuasaan atau tindakan lain yang jahat.
Liberalisme berimplikasi adanya
suatu keyakinan yang besar terhadap prestasi-prestasi manusia, dan oleh karena
itu dapat dimaklumi mengapa justru ideologi tersebut justru dilindungi oleh
golongan menengah yang telah banyak prestasinya, terutama dibidang ekonomi.
Golongan ini juga tidak mempunyai keberatan-keberatan mendasar terhadap tata
masyarakat seperti yang telah berkembang sesudah zaman pertengahan.
2.
Radikalisme
Nilai tertinggi radikalisme
adalah kesamaan. Pada zaman pertengahan banyak terdapat berbagai macam
gerakan-gerakan radikal yang mengadakan protes tehadap tata masyarakat, karena
tatanan ini ditandai oleh tidak adanya kesamaan.
Radikalisme mengkritik tajam
terhadap tata masyarakat, yang banyak ketidakadilan dan kemiskinan. Orang-orang
kaya mempunyai kesalahan yang cukup besar, oleh karena itu kaum radikal
memusuhi bangsawan.
3.
Konservatisme
Paham ini lebih berorientasi
pada nostalgia (masa lalu). Paham ini lahir setelah dua idoelogi sebelumnya
muncul dan dibangkitkan oleh dua revolusi yang dengan sangat jelas bermaksud
hendak memutuskan diri dengan masa lampau.
Menurut kaum konservatif,
revolusi-revolusi tersebut merupakan suatu klimaks perkembangan-perkembangan
yang menyedihkan dan telah berlangsung
sejak akhir zaman pertengahan.
Revolusi yang dimaksud adalah
pertumbuhan individualisme yang merusak, reformasi, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknik, kepercayaan kepada diri sendiri yang tidak terbatas
(penuh dengan kangkuhan). Kaum konservatif tidak suka kepada masyarakat
industri modern. Sedangkan masyarakat zaman pertengahan merupakan masyarakat
ideal.
Pancasila Sebagai Ideologi
Sebagai ideologi pancasila
dituntut untuk tetap pada jati dirinya
ke dalam (instrinsik) dan ke luar (ekstrinsik). Ke dalam harus ;
1.
Konsisten (harmoni, hubungan logis).
2.
Koheren (terkait).
3.
Koresponden (bersama).
Sedangkan keluar harus menjadi
penyalur dan penyaring kepentingan (horizontal
maupun vertikal).
Pancasila sebagai ideologi
jelas dapat menjadi pemersatu kepentingan politis, dapat mewakili dan menyaring
berbagai kepentingan, mengandung pluralisme agama dan dapat menjamin kebebasan
beragama.
Fungsi Ideologi Pancasila
Ideologi memainkan peranan yang
penting dalam proses dan memelihara integritas nasional, terutama di
negara-negara yang sedang berkembang.
Peranan itu antara lain tergantung pada kualitas yang dimilikinya yang dapat dilihat
dan diukur melalui tiga dimensi, yaitu ;
1.
Kemampuan mencerminkan realitas yang hidup dalam
masyarakat,
2.
Idealisme yang terkandung di dalamnya, dan
3.
Fleksibilitasnya terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi.
Melalui ketiga dimensi tersebut
akan dapat diteliti apakah ideologi mampu atau tidak memelihara relevansinya,
yaitu titik keseimbangan sebagai tempat bertemunya konsensus antara berbagai
kelompok atau golongan-golongan. Krisis ideologi akan terjadi apabila titik
keseimbangan itu hilang.
Integrasi Nasional
Integrasi memiliki perbedaan
dengan pembauran dan asimilasi, karena pembauran dapat diartikan sebagai
asimiliasi atau amalgamasi. Sedangkan integrasi berarti ; integrasi kebudayaan,
integrasi sosial dan pluralisme sosial.
Integrasi kebudayaan berarti
penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai berapa unsur kebudayaan (cultural
traits), yang berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu
sistem kebudayaan yang selaras (harmonious). Caranya adalah melalui
difusi (penyebaran) setiap unsur-unsur kebudayaan yang terserap. Cara
penanggulangan konflik adalah melalui modifikasi dan koordinasi dari
unsur-unsur kebudayaan baru dan lama.
Integrasi sosial adalah
penyatu-paduan kelompok-kelompok masyarakat yang asalnya berbeda menjadi suatu
kelompok besar dengan cara melenyapkan perbedaan menjadi jati diri
masing-masing.
Pluralisme kebudayaan adalah
pendekatan heterogenis atau kebhinekaan kebudayaan dengan kebudayaan suku-suku
bangsa dan kelompok-kelompok minoritas dierkenankan mempertahankan jati diri
masing-masing dalam suatu masyarakat.
Integrasi Nasional adalah
penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan
yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa
Tugas Rumah
Demi kepentingan memperkaya dan
memperdalam materi-materi yang telah dijelaskan secara ringkas, maka evaluasilah beberapa item pertanyaan-pertanyaan
berikut sebagai portfolio saudara ;
1.
Apa pengertian dari identitas individu, kolektif dan
nasional ?
2.
Mengapa orang harus memiliki identitas nasional ?
3.
Apa pengertian ideologi ?
4.
Apa pentingnya ideologi bagi suatu negara ?
5.
Apa fungsi ideologi pancasila ?
6.
Apa itu integrasi nasional ?
7.
Mengapa kita membutuhkan integrasi nasional ?
8.
Bagaimana dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk
memantapkan integrasi nasional ?
Bahan Bacaan
Apter, David, E. (tt). Pengantar analisis politik. Jakarta:
LP3ES.
Alfian. (1978). Pemikiran
dan perubahan politik Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Barth, Fredick.
(tt). Kelompok etnik dan batasannya. Jakarta: UIP.
Calhoun, Craig.
(1994). Social theory and the politics of identity. USA: Blackwell.
Dashefsky,
Alnold. (tt). Ethnic identity in society. T.p: tp.
Danandjaja,
James. (1999). Integasi suku-suku bangsa di Indonesia pada umumnya dan suku
bangsa Teonghoa pada khususnya (Makalah). T.p.tp.
Geertz, Clifford.
(1981). Abangan, santri, priyayi dalam masyarakat Jawa. (Terjemahan).
Jakarta: Pustaka Jaya.
Horton, B, Paul
dan Chester L Hunt. (1993). Sosiologi. (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Kuntowijoyo.
(1998). Identitas politik umat Islam. Bandung: Mizan.
Lim Teck Ghee dan
Alberto G. Gomes. (1993). Suku asli dan pembangunan di Asia Tenggara. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Laporan
Penelitian. (1993). Konflik antar etnik dan integrasi nasional ; survey
terhadap kelompok-kelompok etnik di Jakarta. Jakarta: INCIS.
Larana, Enrique.
(1994). New social movement ; from ideology to identity. Philadelphia:
Temple University Press.
Laeyendecker, L.
(1991). Tata, perubahan dan ketimpangan ; suatu pengantar sejarah sosiologi.
(Terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia.
Masinambow, EKM.
(1999). Metodologi dalam penelitian kebudayaan. (Bahan Kuliah).
Mahfud, MD, Moh.
(1993). Demokrasi dan konstitusi di Indonesia. Yogyakarta: Liberti.
Noer, Deliar.
(1983). Pengantar kepemikiran politik. Jakarta: CV. Rajawali.
Nordlinger, Eric,
A. (1994). Militer dalam politik ; kudeta dan pemerintahan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Poespowardjojo,
Soerjanto. (1989). Filsafat Pancasila ; sebuah pendekatan sosio-budaya. Jakarta:
PT. Gramedia.
Oxhorn, Philip.
(Akan Terbit). The north-south agenda papers, when democracy isnt all that
democratic ; social exclusion ang the limits of the public sphere in Latin
America. Miami: The North-South Center University of Miami.
Ramanathan, K.
(1988). Konsep asas politik. Kualalumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Kementerian Pendidikan Malaysia.
Suryadinata, Leo.
(1999). Etnis Tionghoa dan pembangunan bangsa. Jakarta: LP3ES.
Schermerhorn,
RA. (tt). Comparative ethnic relations. Chocago: The University of
Chicago Press.
Suparlan,
Parsudi. (1999). Hubungan antar suku bangsa. (Bahan Kuliah Hubungan
Antar Bangsa).
0 komentar:
Posting Komentar